Pada artikel tanggal 25 September 2010 yang lalu, penulis
pernah membahas dalam blog karate harmony tentang”Tingkatan tujuan Seseorang
belajar Beladiri”. Pada Kesempatan ini penulis ingin membahasnya kembali
mengenai “Tingkatan tujuan Seseorang belajar Beladiri tetapi versi penulis sendiri . Berikut adalah
tingkatannya versi penulis:
Tingkat pertama seseorang belajar dan berlatih beladiri adalah untuk bisa membela diri agar ia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
dan mental yang kuat saat dihadapkan pada situasi yang mengancam kenyamanan dirinya (padahal
belum tentu orang yang mengancam dia ingin melukai atau membunuhnya tetapi melainkan
hanya Cuma ingin menggertaknya saja,
tapi bagi dia ini merupakan suatu ancaman yang sangat menakutkan dan
mengharuskan dirinya untuk belajar dan
berlatih ilmu beladiri karena pada intinya dia tidak percaya diri dan tidak siap mental terhadap orang yang
kasar kepada dirinya.
Tingkatan Kedua seseorang yang belajar dan berlatih ilmu seni beladiri adalah ingin menunjukkan
eksistensinya di masyarakat bahwa dia adalah seorang Karateka. Dalam bentuk yang negatif adalah dengan
petantang-petenteng bila berjalan di depan masyarakat, bertindak sombong dengan
memamerkan jati dirinya sebagai Karateka, dan mencari gara-gara agar terjadi
perkelahian untuk menunjukkan kemampuan Karatenya sekaligus untuk menguji
kemampuan ilmu beladirinya. Sedangkan dalam bentuk perilaku positif yaitu
dengan memakai atribut yang mencerminkan bahwa ia seorang Karateka yaitu dengan
memakai kaos, sweter, tas, topi maupun setiker
bertema Karate.
Tingkatan Ketiga seseorang
belajar dan berlatih beladiri adalah ingin
menunjukkan prestasinya yang merupakan
kebanggan dirinya kepada orang lain yang berada di dalam ataupun diluar
lingkungannya dengan cara mengikuti setiap pertandingan Karate yang diadakan. Seseorang
yang berada pada tingkatan ini mengetahui dan meyakini bahwa dia sudah aman
dari pada bahaya yang mengancam dirinya,
yang mengharuskan dirinya untuk menggunakan ilmu beladirinya. Dan dia meyakini
bahwa kecil kemungkinannya dia untuk menggunakan ilmu beladiri karena memang dia
sudah dalam keadaan aman. Jadi agar ilmu beladiri yang telah dipelajarinya
tidak hilang sia-sia, maka ia mengambil keputusan untuk menjadi atlit. Tetapi seringkali
godaan yang berat datang kepada orang yang menjadi atlit ini berupa malas dan
tidak konsisten dalam berlatih setelah pertandingan.
Pada tingkat terkhir atau keempat adalah tingkatan ikhlas, yang mana tingkatan ini merupakan suatu tingkatan yang
paling tinggi bagi seseorang yang berlatih dan belajar ilmu seni beladiri. dimana
pada tahapan ini, seseorang yang berlatih
dan belajar ilmu seni beladiri bukanlah untuk mengejar prestise ataupun ingin mempunyai
tujuan untuk :
- Mendapatkan pengakuan dari orang lain disekitarnya bahwa dia adalah seorang Karateka sabuk hitam atau jago beladiri dengan cara hanya mengejar sertifikasi sabuk hitam.
- Mendapatkan pengakuan dari sesama praktisi beladiri bahwa ia adalah master di bidangnya (mempunyai pukulan , tendangan dan tehnik yang hebat yang dipamerkan di depan mereka.
- Mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa ia seorang Karateka yang unggul dengan memamerkan gerakan-gerakannya yang fantastis di depan mereka.
- Mendapatkan pengakuan dari penghargaan orang lain atas prestasinya menang dalam pertandingan Karate alias tujuan utamanya hanya menjadi atlit.
- Mendapatkan pengakuan dari penghargaan orang lain bahwa dirinya adalah seorang jago Karate dengan menjadi aktor atau bintang laga di film maupun televisi.
- Mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa ia adalah jago beladiri Karate dengan mencoba mengalahkan preman-preman yang meresahkan masyarakat, dalam hal ini sang jago Karate sendiri yang aktif mencari preman tersebut.
Semua latihan dan belajar tersebut ia lakoni dengan ikhlas,
tanpa ingin mendapatkan penghargaan, pujian ataupun pengakuan dari siapapun,
Karena ia sangat amat membutuhkan sekali latihan dan belajar ilmu beladiri.
Walaupun mungkin ada orang-orang disekelilingnya yang merendahkan atau
meremehkan kemampuan ilmu beladirinya, tetapi dia tidak menanggapinya dengan
serius alias menghiraukan tantangan atau hinaan tersebut, karena ia memang tidak
mau dan tidak perlu mendapatkan pengakuan bahwa dia Karateka hebat. Tetapi hinaan sifatnya merendahkan dan meremehkan kemampuan
ilmu beladirinya tersebut bukan berarti
lantas dibiarkan begitu saja, hinaan itu ia lampiaskan dan salurkan untuk semakin
menambah kualitas latihan dan belajarnya. Yang dia inginkan sebenarnya Cuma ingin
memelihara konsistensinya dalam belajar dan berlatih, karena dengan belajar dan
berlatih ia mendapatkan kepuasan dan kenikmatan yang tertinggi jauh lebih besar
bila dibandingkan daripada hanya sekedar
mendapatkan pengakuan dan penghargaan serta pujian dari orang lain. Ia tidak hanya
sekedar mencintai ilmu seni beladiri dengan berlatih dan belajar tetapi juga menjadikan
suatu kebiasaan, gaya dan ritual bagi
dirinya sehari-hari. Ia tidak peduli pada anggapan masyarakat bahwa mendalami
ilmu seni beladiri adalah sia-sia saja, cukup jadi atlit saja, tidak berguna dan
buang-buang waktu saja, lebih baik cari duit yang banyak, atau berlatih sekedarnya saja (yang penting bisa berlatih walaupun Cuma
sebentar dan sedikit). Semua dijalaninya
dengan ikhlas dan senang hati tanpa memperdulikan gangguan dan kata-kata negatif
orang lain. Kebiasaannya dalam berlatih selalu mencoba yang terbaik dan tidak tidak
asal-asalan. Walaupun dia bukan atlit tetapi ia berusaha untuk belajar/menirukan
teknik gerakan seorang atlit yang paling juara. Semangatnya untuk menjadi yang
terbaik di bidang beladiri sangat besar atau sama dengan semangat para atlit
juara dunia beladiri atau aktor terkenal beladiri ketika mereka berlatih, yang
dia ditunjukkan dengan keseriusannya dalam berlatih. Dia seolah-olah memvisualisasikan dirinya bagaikan
ia adalah seorang atlit juara beladiri sejati
dan seorang aktor beladiri maupun master beladiri sejati, untuk memnyemangati
dirinya sendiri dalam berlatih. Dia juga tidak berambisi jadi atlit baginya .
Baginya kehebatan dan keindahan kemampuan teknik beladirinya hanya untuk
dinikmati sendiri saja dan digunakan hanya untuk menghadapi situasi dan kondisi
yang membahayakan dirinya dan melindungi orang-orang yang dicintainya saja. Dia
mempunyai kebiasaan berlatih dan belajar ilmu beladiri dengan tekun dan
konsisten karena dia mengetahui dan memahami falsafah,filosofi yang terkandung
di dalam ilmu beladiri tersebut.
Artikel ini ditulis oleh karate Harmoni sendiri
pak edwin yg terhormat saya sedikit ingin curhat dengan anda mengenai latihan karate, begini pak apakah saya perlu dan pantas untuk berlatih/belajar karate sedangkan umur saya sudah menjelang 36 tahun dan tinggi badan saya yg hanya 155 cm dengan berat badan hanya 55 kg. walaupun tujuan saya berlatih bukan lg untuk mengejar prestasi. mohon opini bapak tentang masalah saya tersebut.
BalasHapusBelajar dan Latihan Karate tidak ada batasan umur, asalkan disesuaikan dengan kondisi juga dengan melihat faktor umur.Semakin tua usia seseorang maka latihan Karatenya jangan diforsir disesuaikan dgn kemampuan. Latihan Karate bukan utk tujuan semata-mata untuk menjadi lebih sakti dan lebih hebat dari orang lain. Tapi yg lebih utama adalah utk membentuk karakter positif kita, menumbuhkan dan menambah semangat kita dll yg dapat membuat sukses dalam kehidupan
BalasHapus