Rabu, 05 Desember 2012

Tingkatan Tujuan Seseorang Belajar dan Berlatih Beladiri bagian 2 (versi penulis)



Pada artikel tanggal 25 September 2010 yang lalu, penulis pernah membahas dalam blog karate harmony tentang”Tingkatan tujuan Seseorang belajar Beladiri”. Pada Kesempatan ini penulis ingin membahasnya kembali mengenai “Tingkatan tujuan Seseorang belajar Beladiri  tetapi versi penulis sendiri . Berikut adalah tingkatannya versi penulis:

Tingkat pertama seseorang belajar dan berlatih  beladiri adalah untuk  bisa membela diri  agar ia mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan mental yang kuat saat dihadapkan pada situasi  yang mengancam kenyamanan dirinya (padahal belum tentu orang yang mengancam dia ingin melukai atau membunuhnya tetapi melainkan hanya Cuma ingin menggertaknya  saja, tapi bagi dia ini merupakan suatu ancaman yang sangat menakutkan dan mengharuskan dirinya untuk  belajar dan berlatih ilmu beladiri karena pada intinya dia tidak percaya diri  dan tidak siap mental terhadap orang yang kasar kepada dirinya.

Tingkatan Kedua seseorang yang  belajar dan berlatih  ilmu seni beladiri adalah ingin menunjukkan eksistensinya di masyarakat bahwa dia adalah seorang Karateka.  Dalam bentuk yang negatif adalah dengan petantang-petenteng bila berjalan di depan masyarakat, bertindak sombong dengan memamerkan jati dirinya sebagai Karateka, dan mencari gara-gara agar terjadi perkelahian untuk menunjukkan kemampuan Karatenya sekaligus untuk menguji kemampuan ilmu beladirinya. Sedangkan dalam bentuk perilaku positif yaitu dengan memakai atribut yang mencerminkan bahwa ia seorang Karateka yaitu dengan memakai kaos, sweter, tas, topi maupun setiker  bertema Karate.

Tingkatan Ketiga  seseorang belajar dan berlatih  beladiri adalah ingin menunjukkan  prestasinya yang merupakan kebanggan dirinya kepada orang lain yang berada di dalam ataupun diluar lingkungannya dengan cara mengikuti setiap pertandingan Karate yang diadakan. Seseorang yang berada pada tingkatan ini mengetahui dan meyakini bahwa dia sudah aman dari pada bahaya yang  mengancam dirinya, yang mengharuskan dirinya untuk menggunakan ilmu beladirinya. Dan dia meyakini bahwa kecil kemungkinannya dia untuk  menggunakan ilmu beladiri karena memang dia sudah dalam keadaan aman. Jadi agar ilmu beladiri yang telah dipelajarinya tidak hilang sia-sia, maka ia mengambil keputusan untuk menjadi atlit. Tetapi seringkali godaan yang berat datang kepada orang yang menjadi atlit ini berupa malas dan tidak konsisten dalam berlatih setelah  pertandingan. 

Pada tingkat terkhir atau keempat adalah tingkatan  ikhlas, yang mana  tingkatan ini merupakan suatu tingkatan yang paling tinggi bagi  seseorang  yang berlatih dan belajar ilmu seni beladiri. dimana pada tahapan ini,  seseorang yang berlatih dan belajar ilmu seni beladiri bukanlah untuk mengejar prestise ataupun ingin mempunyai tujuan untuk :
  • Mendapatkan pengakuan  dari orang lain disekitarnya bahwa dia adalah seorang Karateka sabuk hitam atau jago beladiri dengan cara hanya mengejar sertifikasi sabuk hitam.
  • Mendapatkan pengakuan dari  sesama praktisi beladiri bahwa ia adalah master di bidangnya (mempunyai pukulan , tendangan dan tehnik yang hebat yang dipamerkan di depan mereka.
  • Mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa ia seorang Karateka yang unggul dengan memamerkan gerakan-gerakannya yang fantastis di depan mereka.
  • Mendapatkan pengakuan dari penghargaan orang lain atas prestasinya menang dalam pertandingan Karate alias tujuan utamanya hanya menjadi atlit.
  • Mendapatkan pengakuan dari penghargaan orang lain bahwa dirinya adalah seorang jago Karate dengan menjadi aktor atau bintang laga di film maupun televisi.
  • Mendapatkan pengakuan  dari masyarakat bahwa ia adalah jago beladiri Karate dengan mencoba mengalahkan preman-preman yang meresahkan masyarakat, dalam hal ini sang jago Karate sendiri yang aktif mencari preman tersebut.

Semua latihan dan belajar tersebut ia lakoni dengan ikhlas, tanpa ingin mendapatkan penghargaan, pujian ataupun pengakuan dari siapapun, Karena ia sangat amat membutuhkan sekali latihan dan belajar ilmu beladiri. Walaupun mungkin ada orang-orang disekelilingnya yang merendahkan atau meremehkan kemampuan ilmu beladirinya, tetapi dia tidak menanggapinya dengan serius alias menghiraukan tantangan atau hinaan tersebut, karena ia memang tidak mau dan tidak perlu mendapatkan pengakuan bahwa dia Karateka hebat. Tetapi  hinaan sifatnya merendahkan dan meremehkan kemampuan ilmu beladirinya tersebut  bukan berarti lantas dibiarkan begitu saja, hinaan itu ia lampiaskan dan salurkan untuk semakin menambah kualitas latihan dan belajarnya.  Yang dia inginkan sebenarnya  Cuma  ingin memelihara konsistensinya dalam belajar dan berlatih, karena dengan belajar dan berlatih ia mendapatkan kepuasan dan kenikmatan yang tertinggi jauh lebih besar bila dibandingkan  daripada hanya sekedar mendapatkan pengakuan dan penghargaan serta pujian dari orang lain. Ia tidak hanya sekedar mencintai ilmu seni beladiri dengan berlatih dan belajar tetapi juga menjadikan  suatu kebiasaan, gaya dan ritual bagi dirinya sehari-hari. Ia tidak peduli pada anggapan masyarakat bahwa mendalami ilmu seni beladiri adalah sia-sia saja, cukup jadi atlit saja, tidak berguna dan buang-buang waktu saja, lebih baik cari duit yang banyak,  atau berlatih sekedarnya  saja (yang penting bisa berlatih walaupun Cuma sebentar dan sedikit).  Semua dijalaninya dengan ikhlas dan senang hati tanpa memperdulikan gangguan dan kata-kata negatif orang lain. Kebiasaannya dalam berlatih selalu mencoba yang terbaik dan tidak tidak asal-asalan. Walaupun dia bukan atlit tetapi ia berusaha untuk belajar/menirukan teknik gerakan seorang atlit yang paling juara. Semangatnya untuk menjadi yang terbaik di bidang beladiri sangat besar atau sama dengan semangat para atlit juara dunia beladiri  atau  aktor  terkenal beladiri ketika mereka berlatih, yang dia ditunjukkan dengan keseriusannya dalam  berlatih.  Dia seolah-olah memvisualisasikan dirinya bagaikan ia adalah seorang  atlit juara beladiri sejati dan seorang aktor beladiri maupun master beladiri sejati, untuk memnyemangati dirinya sendiri dalam berlatih. Dia juga tidak berambisi jadi atlit baginya . Baginya kehebatan dan keindahan kemampuan teknik beladirinya hanya untuk dinikmati sendiri saja dan digunakan hanya untuk menghadapi situasi dan kondisi yang membahayakan dirinya dan melindungi  orang-orang yang dicintainya saja. Dia mempunyai kebiasaan berlatih dan belajar ilmu beladiri dengan tekun dan konsisten karena dia mengetahui dan memahami falsafah,filosofi yang terkandung di dalam ilmu beladiri tersebut.

Artikel ini ditulis oleh karate Harmoni sendiri

 


2 komentar:

  1. pak edwin yg terhormat saya sedikit ingin curhat dengan anda mengenai latihan karate, begini pak apakah saya perlu dan pantas untuk berlatih/belajar karate sedangkan umur saya sudah menjelang 36 tahun dan tinggi badan saya yg hanya 155 cm dengan berat badan hanya 55 kg. walaupun tujuan saya berlatih bukan lg untuk mengejar prestasi. mohon opini bapak tentang masalah saya tersebut.

    BalasHapus
  2. Belajar dan Latihan Karate tidak ada batasan umur, asalkan disesuaikan dengan kondisi juga dengan melihat faktor umur.Semakin tua usia seseorang maka latihan Karatenya jangan diforsir disesuaikan dgn kemampuan. Latihan Karate bukan utk tujuan semata-mata untuk menjadi lebih sakti dan lebih hebat dari orang lain. Tapi yg lebih utama adalah utk membentuk karakter positif kita, menumbuhkan dan menambah semangat kita dll yg dapat membuat sukses dalam kehidupan

    BalasHapus