Senin, 26 November 2012

Sejarah Ilmu Seni Beladiri Karate bagian 2


Sejarah Lahirnya Ilmu Seni Beladiri di Cina dan Asia

Pada awal abad ke 6 M , salah satu raja India yang bernama Sugandha dari kerajaan Baramon memiliki seorang putra yang bernama Jayavarman.Pangeran ini sebagaimana layaknya golongan Ksatrya pada jaman itu tentu saja diharuskan memiliki ketrampilan militer yang sesempurna mungkin, dan ia ternyata dengan cepat dapat menguasai semua pengetahuan yang diajarkan padanya oleh seorang guru tua yang bernama Prajanatra /
Prajnatra. Namun belakangan dengan sebab yang tak diketahui dengan pasti (dari
sudut pandang religiusitas Budhis disebutkan faktor reinkarnasi leluhurnya mungkin berperan, sebab ia sendiri merupakan keturunan ke28 Sidharta Gautama) mendadak Jayavarman
BodhiDharma  dengan anak dari Cina dalam sebuah contoh ilustrasi Film
BodhiDharma sedang berlatih ilmu beladiri dalam ilustrasi sebuah Film

Jurus-jurus BodhiDharma dalam ilustrasi sebuah film
BodhiDharma sedang melatih ilmu Seni Beladiri kepada murid-muridnya dalam ilustrasi sebuah film
Pertarungan BodhiDharma dalam sebuah ilustrasi Film
meninggalkan kehidupan duniawinya dengan cara menekuni dengan total ajaran agama Budha sebagai seorang pendeta / biksu aliran Mahayana . Ia pun mengganti namanya menjadi Bodhi Dharma ( di Cina disebut Ta Mo , di Jepang disebut Daruma Taishi / Bodidaruma ) dan kemudian melakukan perjalanan ke Cina untuk menyebarkan ajaran agama Budha pada tahun 527.Di sana ia menetap di sebuah kuil yang bernama Shaolin, kuil ini sendiri didirikan pada tahun 495 dan berlokasi di kaki gunung Songshan, yang saat ini masuk wilayah provinsi Henan.Ia menerjemahkan teks ajaran Budha berbahasa Sanskerta ke dalam bahasa Cina dan mendirikan sektenya sendiri yang disebut Chan (Zen dalam bahasa Jepang). Selama menjadi guru di kuil itu ia melihat bahwa kondisi fisik para muridnya sangat buruk sekali sehingga gampang jatuh sakit atau sering menjadi korban tindak kekerasan di dunia luar.Maka berbekal pengalamannya sebagai seorang mantan Ksatrya di India ia pun mulai melatih para biksu di kuil Shaolin dengan metode – metode dasar Vajramusthi (karena para biksu sesuai ajaran Budha tidak boleh menggunakan senjata yang bisa mengarah pada unsur kekerasan yang merupakan dosa besar) yang dipadukannya dengan teknik Yoga (sistem meditasi ala Hindu) untuk melatih lebih jauh konsentrasi kejiwaan mereka dalam latihan pernapasan.Ia juga
mengadopsi beberapa teknik pertarungan lokal Cina yang didasari oleh kitab Shunzi Bingfa (metode peperangan) karya Sun-tzu, seorang ahli militer terkenal Cina dari abad ke 4 SM.Teknik – teknik pertarungan lokal Cina banyak dinisbatkan pada gerakan beberapa binatang dalam arca Cina kuno seperti harimau, ular, naga, elang, bangau, monyet, dan lain – lainnya.Semua inilah yang akhirnya menjadi dasar dari ch’uan-fa (nama kuno untuk kungfu/wushu) asli Shaolin yang dimasa selanjutnya terbagi menjadi dua aliran besar yaitu
Utara(yang lebih dominan dengan gerakan lompatan & kelincahan) dan Selatan (yang lebih
dominan dengan konsentrasi, pernapasan dan kekuatan tubuh bagian atas) yang mana keduanya dianggap sebagai barometer semua ilmu beladiri di wilayah Asia Timur. Sekte Chan / Zen mulai dikenal di Jepang ± pada abad 14 dibawa dari Cina lewat semenanjung Korea maupun pulau Okinawa . Di Korea jejak transformasi ch’uan-fa Shaolin yang merupakan produk Zen bisa ditemui sampai saat ini dalam bentuk Tae Kwon Do, sedangkan di Okinawa sendiri ch’uan-fa Shaolin bertransformasi menjadi Te / Tōte / Tōde (transliterasi kata Chin-te dari bahasa Cina yang berarti pukulan / tangan Cina ke dalam dialek khas Okinawa) setelah dikombinasikan dengan teknik perkelahian kuno lokal yang dipengaruhi teknik pertarungan kuno kalangan Samurai Jepang yang disebut Bu-gei ,yang untuk jenis teknik tanpa senjatanya disebut Yawara / Bu-jutsu. Tōte kadang–kadang juga disebut sebagai Okinawa-Te atau Ryukyu Kempo/Kenpo (mungkin disebabkan oleh proses transliterasi kata kung-fu / wushu / kang-ouw dari bahasa Cina ke dalam dialek khas Okinawa).

Bersambung...............................................

Sumber: Artikel diambil dari buku-buku PBFORKI 
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar