Senin, 26 November 2012

Sejarah Ilmu Seni Beladiri Karate bagian 3


Sejarah lahirnya Ilmu Seni Beladiri di Okinawa  (Kepulauan Ryuku )


Okinawa sendiri merupakan sebuah pulau yang termasuk dalam rangkaian kepulauan Ryukyu, yang menjadi pelabuhan transit penghubung Jepang dengan dunia luar pada jaman  kuno.Sesuai pemaparan Drs. N.Daldjoeni (lihat Ras –ras Umat Manusia ,PT Citra Aditya Bakti, 1991) tentang teori penyebaran manusia di benua Asia maka besar kemungkinan penduduk asli Okinawa ditilik secara antropofisiologis bukan termasuk subras yang sama
Peta Okinawa

dengan umumnya penduduk Jepang (Ainu-Mongoloid) melainkan lebih dekat dengan subras yang dominan di Asia Tenggara (Paleo-Mongoloid). Hal ini tidaklah mengherankan karena secara geografis ia lebih dekat dengan pulau Formosa (kini Taiwan) daripada dengan empat pulau utama Jepang lainnya (Shikoku, Kyushu , Honshu & Hokkaido). Bukti kuat yang mendukung hal itu bisa dilihat pada penggunaan alat – alat pertanian tradisional (yang kemudian dipakai sebagai alat pelengkap dalam seni beladiri mereka) yang berasal dan memiliki kemiripan dengan alat – alat pertanian tradisional yang ada di Asia Tenggara.Okinawa yang memiliki tiga kota besar sebagai kota utamanya pada jaman itu yaitu Tomari , Shuri dan Naha selama ratusan tahun sesuai catatan sejarah ternyata sangat menarik

keunggulan teknik perang mereka. (Meitoku Yagi, salah seorang guru besar Goju-ryu di

Okinawa dapat disatukan dan dikuasai secara penuh oleh Jepang hingga saat ini. Rupanya setelah penaklukan itu masih banyak terjadi usaha perlawanan & pemberontakan dari para penduduk asli yang mendapat bantuan penuh secara rahasia dari Cina ; sehingga untuk  “mengamankannya” secara lebih efektif maka pada jaman kaisar Shoshin (1477 – 1526) dikeluarkanlah suatu aturan yang sangat ketat tentang pengaturan kepemilikan senjata pada rakyat Okinawa. Keekstreman aturan ini mencapai puncaknya pada masa penguasaan  Okinawa oleh Shimazu Iehisa dari klan Satsuma yang mulai berkuasa pada tahun  1609. 
Klan Satsuma


Disebutkan bahwa hanya boleh ada sebuah pisau
desa dan itupun diikat dengan rantai besi di pos patroli tentara yang ada.
Faktor inilah akhirnya yang membangkitkan kembali gairah mereka untuk menggunakan Tōte sebagai “senjata pengganti” yang paling utama dan siap digunakan kapan saja dalam usaha untuk mempertahankan diri dari penindasan tentara maupun
ancaman para penjahat bersenjata yang banyak berkeliaran. Klan Satsuma yang berasal dari Kagoshima ini berkuasa hingga tahun 1872,dan selama sekitar 260 tahun masa kekuasaan mereka (dihitung hanya sampai dengan dimulainya restorasi Meiji pada tahun 1868) catatan sejarah resmi tentang Tōte di Okinawa sangat minim.Yang sempat tercatat hanyalah tentang partisipasinya sebagai sebuah kemampuan khusus dalam kalangan separatis Okinawa yang terus menerus melakukan gerakan bawah tanah dalam perjuangannya dan dianggap sangat berbahaya & mengancam secara tak langsung bagi kalangan militer yang berkuasa. Oleh karena itulah disebutkan bahwa seni beladiri ini sangat dijaga sekali kerahasiaannya dan hanya  dikembangkan langsung secara turun temurun di kalangan pria (dari kepala keluarga hanya pada putra tertuanya yang akan menjadi penggantinya) dalam keluarga bangsawan (shizoku) Okinawa, bahkan dalam banyak kasus didapati anggota keluarga yang tak diwarisi / tidak mempelajari Tōte dipastikan tidak akan mengetahui sama sekali bahwa ada diantara anggota keluarga mereka yang menguasai seni beladiri tersebut. Ada dua ungkapan yang menggambarkan kondisi diatas pada jaman itu, yaitu : Reimyō Tōte (tangan yang ajaib) & Shimpi Tōte (tangan yang misterius). Barulah kemudian mulai akhir abad 17 ada beberapa nama yang “berani” muncul ke hadapan publik , dikarenakan mereka memiliki posisi yang cukup kuat dalam lingkup elit politik klan Satsuma yang memerintah. Mereka dihormati namanya sampai saat ini dalam dunia Karate-dō dikarenakan mereka juga merupakan pencipta beberapa buah Kata standar yang paling umum dipakai. Mereka itu berasal dari tiga kelompok yang berbeda, yaitu:

1. Dari kalangan perwira intelijen militer kekaisaran Cina yang
     “difungsikan” sebagai semacam atase perdagangan di Okinawa, nama
     – nama yang dikenal adalah Iwah lalu Wansu/Wanshu ( yang
     menciptakan Kata jenis Enpi ) dan terakhir Guan Kui atau dalam bahasa
     Jepang ia dilafalkan menjadi Kushanku / Koshokun dan merupakan
     pencipta Kata jenis Kanku.
2. Dari kalangan samurai (punggawa militer) yang mengabdi di kastil
    bangsawan klan Satsuma yang berkuasa, namun mereka aslinya adalah
    orang Okinawa yang mungkin pernah merantau ke Cina untuk
    mempelajari teknik – teknik ch’uan-fa tingkat tinggi .Tercatat nama –
    nama berikut : Peichin Takahara , Tode Sakugawa, Gusukuma dan
    yang paling terkenal tentu saja Sokon “Bushi” Matsumura yang
    merupakan penggubah Kata jenis Bassai
3. Dari kalangan penduduk asli yang sangat militan dalam melawan
    kekuasaan kekaisaran Jepang dan pergi ke Cina selama bertahun -
    tahun untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Tōte dan
    ch’uan-fa kemudian kembali lagi ke Okinawa untuk mengajarkan
    kemampuan mereka itu pada teman – teman seperjuangannya.
    Yang paling dikenal adalah Yara yang berasal dari kota Chatan, dimana
    ia menggubah beberapa buah Kata yang sudah ada ke dalam versinya
    sendiri yang didasari pada jenis ch’uan-fa dari Cina bagian selatan.Saat
    ini hasil karyanya itu dikenal dalam golongan Kata jenis Chatanyara /
    Chatan Yara.
Seiring melemahnya pengaruh kekuasaan klan Satsuma di Okinawa pada abad19 , maka para pewaris Tōte di masa itu mulai berani menunjukkan taringnya di depan umum dan juga menerima murid dari luar kalangan rahasia mereka. Dikatakan sering terjadi semacam persaingan yang cukup keras diantara keluarga para bangsawan yang perguruan Tōte, hal ini lebih disebabkan karena faktor melemahnya kekuatan musuh bersama yaitu klan Satsuma sehingga masing – masing dari mereka pun mulai menonjolkan ego untuk berusaha
mendapatkan kewibawaan dikalangan rakyat kebanyakan. Barulah setelah restorasi Meiji persaingan yang “ketat” itu mulai berkurang sedikit demi sedikit dikarenakan mulai terbukanya kontak budaya Jepang dengan luar negeri secara bebas sehingga pola kehidupan keras samurai ala jaman Shogun berangsur ditinggalkan menuju kearah modernisasi.Ada tiga tokoh besar yang sangat menonjol pada “angkatan” ini ,yaitu : Yasutsune Azato, Yasutsune “Anko” Itosu dan Kanryo Higaonna.  
Master Sokon Matsumura

Master Yasutsune Itosu

Master Yosutsune Azato

Master Kanryo Higaonna

Mereka bertiga secara kebetulan pernah menimba ilmu dari guru yang sama yaitu Sokon Matsumura. Tōte pada abad 17~19 biasanya dibedakan dalam beberapa gaya berikut:

1. Berdasarkan aliran ch’uan-fa yang mempengaruhinya secara dominan
    dalam Kata maka ada dua jenis aliran besar Tōte, yaitu :
    a. Shorin , berasal dari ch’uan-fa aliran utara yang memiliki
        banyak teknik melompat sehingga mengembangkan
        kekuatan pinggul dan kaki.Hal ini disebabkan karena wilayah
        bagian utara Cina terdiri dari padang rumput dan tanah datar
        luas yang gersang sehingga dampak pada gaya sebuah
        pertarungan adalah jarak yang cukup jauh, pergerakan
        yang lebih dominan dalam sebuah garis lurus, kedinamisan
        kuda – kuda yang panjang dan tampilan yang kaku dari
        sebuah teknik namun memiliki keakuratan yang tinggi pada
        sasaran.
  b. Shorei , berasal dari ch’uan-fa aliran selatan yang memiliki
       keunggulan dalam hal keseimbangan dan kekuatan tubuh
       bagian atas.Hal ini disebabkan karena wilayah bagian
       selatan Cina terdiri dari areal persawahan dan rawa – rawa
       yang lunak dan licin sehingga dampak pada gaya sebuah
       pertarungan adalah jarak yang dekat, pergerakan yang
       didasari pada teori titik tengah sebuah lingkaran, kekokohan
       kuda – kuda yang pendek dan keluwesan tampilan sebuah
      teknik terutama tangan namun secara dominan diiringi
      pengerahan tenaga secara besar.

2.   Berdasarkan tempat perkembangannya selama ratusan tahun di
      Okinawa maka dikenal ada tiga jenis Tōte, yaitu :
      a. Shuri-Te , yaitu Tōte yang berkembang di kota Shuri dan
          pada umumnya teknik pertarungan & jenis Kata yang
         dikembangkan di sini termasuk kelompok Shorin.Saat ini di
         Okinawa ada tiga perguruan besar yang masih
         mengajarkan ajaran Shuri-Te secara aslinya :
        - Matsubayashi-ryu, didirikan oleh Shosin Nagamine.
        - Kobayashi-ryu, didirikan oleh Chosin Chibana.
        - Shorin-ryu , disebutkan sebagai perguruan tertua
          yang bersumber dan didirikan langsung oleh Sokon
          Matsumura.
     b. Naha-Te , yaitu Tōte yang berkembang di kota Naha dan
         pada umumnya teknik pertarungan & jenis Kata yang
         dikembangkan di sini termasuk kelompok Shorei.Saat ini di
         Okinawa ada dua perguruan besar yang masih mengajarkan
         ajaran Naha-Te secara aslinya :
         - Uechi-ryu, didirikan oleh Kanbun Uechi.
         - Goju-ryu, didirikan oleh Chojun Miyagi dan lalu
         cukup terkenal di bawah pimpinan Meitoku Yagi.
     c. Tomari-Te , yaitu Tōte yang berkembang di kota Tomari dan
         pada umumnya teknik pertarungan & jenis Kata yang
         dikembangkan di sini adalah kombinasi dari kelompok
         Shorin dan Shorei.Nama - nama tokoh yang bisa
         dimasukkan dalam aliran ini adalah Gusukuma, Kosaku
         Matsumora, Kokan Oyadomari, Sanda Kanagushiku dan
         Gichin Funakoshi (meskipun tidak mengadopsi 100% sesuai aslinya
         namun tetap dihitung sebagai salah satu penerusnya).Dewasa ini
         Tomari-Te dianggap secara lebih umum sebagai salah satu
         cabang dari Shuri-Te.

Bersambung........................................


Sumber: Artikel diambil dari buku-buku PBFORKI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar