Sejarah lahirnya Ilmu Seni Beladiri di Okinawa (Kepulauan Ryuku )
Okinawa sendiri merupakan sebuah pulau yang termasuk
dalam rangkaian kepulauan Ryukyu, yang menjadi pelabuhan
transit penghubung Jepang dengan dunia luar pada jaman kuno.Sesuai pemaparan
Drs. N.Daldjoeni (lihat Ras –ras Umat Manusia ,PT Citra Aditya Bakti,
1991) tentang teori penyebaran manusia di benua Asia maka besar kemungkinan
penduduk asli Okinawa ditilik secara antropofisiologis bukan termasuk
subras yang sama
![]() |
Peta Okinawa |
dengan umumnya penduduk Jepang (Ainu-Mongoloid) melainkan
lebih dekat dengan subras yang dominan di Asia Tenggara (Paleo-Mongoloid). Hal
ini tidaklah mengherankan karena secara geografis ia lebih dekat
dengan pulau Formosa (kini Taiwan) daripada dengan empat pulau utama Jepang
lainnya (Shikoku, Kyushu , Honshu & Hokkaido). Bukti kuat yang mendukung
hal itu bisa dilihat pada penggunaan alat – alat pertanian tradisional (yang
kemudian dipakai sebagai alat pelengkap dalam seni beladiri mereka) yang berasal dan memiliki
kemiripan dengan alat – alat pertanian tradisional yang ada di Asia
Tenggara.Okinawa yang memiliki tiga kota besar sebagai kota utamanya pada jaman itu
yaitu Tomari , Shuri dan Naha selama ratusan tahun sesuai catatan sejarah ternyata
sangat menarik
keunggulan teknik perang mereka. (Meitoku Yagi, salah
seorang guru besar Goju-ryu di
Okinawa dapat disatukan dan dikuasai secara penuh oleh
Jepang hingga saat ini. Rupanya setelah penaklukan itu masih banyak terjadi usaha perlawanan & pemberontakan dari para penduduk asli
yang mendapat bantuan penuh secara rahasia dari Cina ; sehingga untuk “mengamankannya”
secara lebih efektif maka pada jaman kaisar Shoshin (1477 – 1526)
dikeluarkanlah suatu aturan yang sangat ketat tentang pengaturan kepemilikan
senjata pada rakyat Okinawa. Keekstreman aturan ini mencapai puncaknya pada
masa penguasaan Okinawa oleh Shimazu Iehisa dari klan Satsuma yang mulai
berkuasa pada tahun 1609.
![]() |
Klan Satsuma |
Disebutkan
bahwa hanya boleh ada sebuah pisau
desa dan itupun diikat dengan rantai besi di pos patroli tentara yang
ada.
Faktor inilah akhirnya yang membangkitkan kembali gairah mereka
untuk menggunakan Tōte sebagai “senjata pengganti” yang paling utama dan
siap digunakan kapan saja dalam usaha untuk mempertahankan diri dari
penindasan tentara maupun
ancaman para penjahat bersenjata yang banyak berkeliaran. Klan Satsuma yang berasal dari Kagoshima ini berkuasa
hingga tahun 1872,dan selama sekitar 260 tahun masa kekuasaan
mereka (dihitung hanya sampai dengan dimulainya restorasi Meiji pada tahun 1868)
catatan sejarah resmi tentang Tōte di Okinawa sangat minim.Yang sempat tercatat
hanyalah tentang partisipasinya sebagai sebuah kemampuan khusus dalam
kalangan separatis Okinawa yang terus menerus melakukan gerakan bawah tanah
dalam perjuangannya dan dianggap sangat berbahaya &
mengancam secara tak langsung bagi kalangan militer yang berkuasa. Oleh karena
itulah disebutkan bahwa seni beladiri ini sangat dijaga sekali
kerahasiaannya dan hanya dikembangkan langsung secara turun temurun di kalangan
pria (dari kepala keluarga hanya pada putra tertuanya yang akan menjadi penggantinya)
dalam keluarga bangsawan (shizoku) Okinawa, bahkan dalam banyak kasus didapati
anggota keluarga yang tak diwarisi / tidak mempelajari Tōte dipastikan tidak
akan mengetahui sama sekali bahwa ada diantara anggota keluarga mereka yang
menguasai seni beladiri tersebut. Ada dua ungkapan yang menggambarkan
kondisi diatas pada jaman itu, yaitu : Reimyō Tōte (tangan yang ajaib)
& Shimpi Tōte (tangan yang misterius). Barulah kemudian mulai akhir abad 17 ada
beberapa nama yang “berani” muncul ke hadapan publik , dikarenakan mereka
memiliki posisi yang cukup kuat dalam lingkup elit politik klan Satsuma yang
memerintah. Mereka dihormati namanya sampai saat ini dalam dunia Karate-dō
dikarenakan mereka juga merupakan pencipta beberapa buah Kata standar yang
paling umum dipakai. Mereka itu berasal dari tiga kelompok yang
berbeda, yaitu:
1. Dari kalangan perwira intelijen militer kekaisaran Cina
yang
“difungsikan” sebagai semacam atase perdagangan di
Okinawa, nama
– nama yang dikenal adalah Iwah lalu Wansu/Wanshu ( yang
menciptakan Kata jenis Enpi ) dan terakhir Guan Kui atau
dalam bahasa
Jepang ia dilafalkan menjadi Kushanku / Koshokun dan merupakan
pencipta Kata jenis Kanku.
2. Dari kalangan samurai (punggawa militer) yang mengabdi
di kastil
bangsawan klan Satsuma yang berkuasa, namun mereka
aslinya adalah
orang Okinawa yang mungkin pernah merantau ke Cina untuk
mempelajari teknik – teknik ch’uan-fa tingkat tinggi
.Tercatat nama –
nama berikut : Peichin Takahara , Tode Sakugawa, Gusukuma
dan
yang paling terkenal tentu saja Sokon “Bushi” Matsumura
yang
merupakan penggubah Kata jenis Bassai
3. Dari kalangan penduduk asli yang sangat militan dalam
melawan
kekuasaan kekaisaran Jepang dan pergi ke Cina selama
bertahun -
tahun untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang Tōte
dan
ch’uan-fa kemudian kembali lagi ke Okinawa untuk
mengajarkan
kemampuan mereka itu pada teman – teman seperjuangannya.
Yang paling dikenal adalah Yara yang berasal dari kota
Chatan, dimana
ia menggubah beberapa buah Kata yang sudah ada ke dalam
versinya
sendiri yang didasari pada jenis ch’uan-fa dari Cina
bagian selatan.Saat
ini hasil karyanya itu dikenal dalam golongan Kata jenis
Chatanyara /
Chatan Yara.
Seiring melemahnya pengaruh kekuasaan klan Satsuma di
Okinawa pada abad19 , maka para pewaris Tōte di masa itu mulai berani
menunjukkan taringnya di depan umum dan juga menerima murid dari luar kalangan
rahasia mereka. Dikatakan sering terjadi semacam persaingan yang cukup
keras diantara keluarga para bangsawan yang perguruan Tōte, hal ini
lebih disebabkan karena faktor melemahnya kekuatan musuh bersama yaitu klan
Satsuma sehingga masing – masing dari mereka pun mulai menonjolkan ego
untuk berusaha
mendapatkan kewibawaan dikalangan rakyat kebanyakan.
Barulah setelah restorasi Meiji persaingan yang “ketat” itu mulai
berkurang sedikit demi sedikit dikarenakan mulai terbukanya kontak budaya Jepang dengan
luar negeri secara bebas sehingga pola kehidupan keras samurai ala jaman
Shogun berangsur ditinggalkan menuju kearah modernisasi.Ada tiga tokoh
besar yang sangat menonjol pada “angkatan” ini ,yaitu : Yasutsune Azato,
Yasutsune “Anko” Itosu dan Kanryo Higaonna.
Mereka bertiga secara kebetulan pernah menimba ilmu dari guru yang sama yaitu Sokon Matsumura. Tōte pada abad 17~19 biasanya dibedakan dalam beberapa gaya berikut:
![]() |
Master Sokon Matsumura |
![]() |
Master Yasutsune Itosu |
![]() |
Master Yosutsune Azato |
![]() |
Master Kanryo Higaonna |
Mereka bertiga secara kebetulan pernah menimba ilmu dari guru yang sama yaitu Sokon Matsumura. Tōte pada abad 17~19 biasanya dibedakan dalam beberapa gaya berikut:
1. Berdasarkan aliran ch’uan-fa yang mempengaruhinya
secara dominan
dalam Kata maka ada dua jenis aliran besar Tōte, yaitu :
a. Shorin , berasal dari ch’uan-fa aliran utara yang
memiliki
banyak teknik melompat sehingga mengembangkan
kekuatan pinggul dan kaki.Hal ini disebabkan karena
wilayah
bagian utara Cina terdiri dari padang rumput dan tanah
datar
luas yang gersang sehingga dampak pada gaya sebuah
pertarungan adalah jarak yang cukup jauh, pergerakan
yang lebih dominan dalam sebuah garis lurus, kedinamisan
kuda – kuda yang panjang dan tampilan yang kaku dari
sebuah teknik namun memiliki keakuratan yang tinggi pada
sasaran.
b. Shorei , berasal dari ch’uan-fa aliran selatan yang
memiliki
keunggulan dalam hal keseimbangan dan kekuatan tubuh
bagian atas.Hal ini disebabkan karena wilayah bagian
selatan Cina terdiri dari areal persawahan dan rawa –
rawa
yang lunak dan licin sehingga dampak pada gaya sebuah
pertarungan adalah jarak yang dekat, pergerakan yang
didasari pada teori titik tengah sebuah lingkaran,
kekokohan
kuda – kuda yang pendek dan keluwesan tampilan sebuah
teknik terutama tangan namun secara dominan diiringi
pengerahan tenaga secara besar.
2. Berdasarkan tempat perkembangannya selama ratusan
tahun di
Okinawa maka dikenal ada tiga jenis Tōte, yaitu :
a. Shuri-Te , yaitu Tōte yang berkembang di kota Shuri
dan
pada umumnya teknik pertarungan & jenis Kata yang
dikembangkan di sini termasuk kelompok Shorin.Saat ini di
Okinawa ada tiga perguruan besar yang masih
mengajarkan ajaran Shuri-Te secara aslinya :
- Matsubayashi-ryu, didirikan oleh Shosin Nagamine.
- Kobayashi-ryu, didirikan oleh Chosin Chibana.
- Shorin-ryu , disebutkan sebagai perguruan tertua
yang bersumber dan didirikan langsung oleh Sokon
Matsumura.
b. Naha-Te , yaitu Tōte yang berkembang di kota Naha dan
pada umumnya teknik pertarungan & jenis Kata yang
dikembangkan di sini termasuk kelompok Shorei.Saat ini di
Okinawa ada dua perguruan besar yang masih mengajarkan
ajaran Naha-Te secara aslinya :
- Uechi-ryu, didirikan oleh Kanbun Uechi.
- Goju-ryu, didirikan oleh Chojun Miyagi dan lalu
cukup terkenal di bawah pimpinan Meitoku Yagi.
c. Tomari-Te , yaitu Tōte yang berkembang di kota Tomari
dan
pada umumnya teknik pertarungan & jenis Kata yang
dikembangkan di sini adalah kombinasi dari kelompok
Shorin dan Shorei.Nama - nama tokoh yang bisa
dimasukkan dalam aliran ini adalah Gusukuma, Kosaku
Matsumora, Kokan Oyadomari, Sanda Kanagushiku dan
Gichin Funakoshi (meskipun tidak mengadopsi 100% sesuai
aslinya
namun tetap dihitung sebagai salah satu penerusnya).Dewasa
ini
Tomari-Te dianggap secara lebih umum sebagai salah satu
cabang dari Shuri-Te.
Bersambung........................................
Sumber: Artikel diambil dari buku-buku PBFORKI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar